SEJARAH TAHU GEJROT
Jika berkunjung ke Cirebon, rasanya kurang
lengkap jika tidak menyicipi kuliner khas Cirebon, salah satunya adalah tahu
gejrot. Makanan tradisional ini sangat digemari oleh berbagai kalangan, baik
itu dari anak kecil maupun dewasa.
Cita rasanya yang khas
membuat tahu gejrot sangat familiar. Tahu gejrot terdiri dari tahu goreng
kopong atau gembos yang dipotong-potong, kemudian disiram oleh rebusan air gula
merah dan kecap. Selain itu, bisa juga ditambahkan gerusan cabai rawit dan bawang
merah, sesuai selera.
Uniknya, cara penyajiannya dipotong gerabah kecil berwarna hitam. Piring inilah yang mempengaruhi cita rasa pada tahu gejrot. Sebab, jika disajikan di atas piring biasa ataupun berbahan plastik, maka rasanya akan berbeda.Mencari pedagang tahu gejrot tidaklah sulit. Ada yang biasanya mangkal di satu tempat, ada pula yang berkeliling. Banyak juga pedagang tahu gejrot yang menjajakan dagangannya di luar Cirebon.
Kepopuleran tahu
gejrot di Cirebon tidak serta merta datang begitu saja. Ada sejarah panjang
yang melatarbelakangi munculnya tahu gejrot sebagai makanan khas Cirebon.
Berkat etnis Tionghoa
Tahu gejrot muncul setelah masa kemerdekaan. Sejarawan dan
Budayawan Cirebon, Nurdin M. Noer mengatakan, keberadaan tahu gejrot berawal
dari para etnis Tionghoa yang mendirikan pabrik tahu di wilayah Jatiseeng,
Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon. Pabrik ini mulai banyak mempekerjakan
pribumi untuk memproduksi tahu.
"Waktu itu
sekitar tahun 1950an, kondisi perekonomian mulai tidak stabil. Sehingga memaksa
warga pribumi bekerja sebagai buruh di pabrik tahu milik orang Tionghoa,"
tuturnya, Kamis (26/12).
Nurdin melanjutkan,
para pemilik pabrik tahu kemudian beralih profesi ataupun usaha setelah keadaan
ekonomi mulai membaik. Hal tersebut membuat para buruh pabrik berusaha
memproduksi tahunya sendiri. Mereka memanfaatkan keterampilan membuat tahu yang
didapat, untuk memproduksi tahu sendiri.
"Karena mereka
sudah mendapatkan ilmu tentang membuat tahu, akhirnya para buruh ini mencoba
membuat tahu sendiri," tuturnya.
Dari situlah,
akhirnya pabrik-pabrik tahu baru mulai bermunculan di wilayah Jatiseeng. Mereka
memproduksi tahu untuk kemudian dijual ke pasaran. Selain itu, ada juga yang
diolah untuk dijadikan cemilan unik berupa tahu gejrot.
"Saat ini, ada
sekitar enam pabrik tahu yang masih bertahan di Jatiseeng dan sudah diturunkan
dari generasi ke generasi," tuturnya.
Muncul berkat si ahli masak
Tahu gejrot ini berawal saat orang-orang mulai mengolah kemampuan dan ilmu memasaknya. Hingga akhirnya, terciptalah sebuah makanan yang terbuat dari tahu yang dipotong-potong, kemudian disiram dengan rebusan air gula merah dan kecap. Perpaduan makanan tersebut menciptakan cita rasa yang khas dan unik, serta sangat cocok untuk dinikmati sambil berkumpul.
Karena zaman dulu
masih serba sederhana, maka penyajiannya pun sederhana, yakni dengan
menggunakan piring gerabah. Namun, hal inilah yang justru membuat cita rasa
tahu gejrot ini menjadi khas dan unik. Air gula yang menyatu dengan gerabah
membuat rasa semakin khas.
Adapun nama tahu
gejrot sendiri berasal dari cara penyajiannya, yang terbentuk ketika air
rebusan kecap tesbut dituangkan ke potong gerabah yang berisi tahu. Ketika
menuangkannya, mengeluarkan suara 'jrot ... jrot ... jrot'.
"Dari situlah,
nama makanan ini menjadi tahu gejrot," pungkasnya.
Hingga kini, makanan
ini menjadi salah satu makanan tradisional yang masih bertahan dan banyak yang
dicari oleh orang-orang.
(sumber : https://merahputih.com/post/read/mengenal-sejarah-tahu-gejrot-kuliner-khas-cirebon)
0 Komentar